Siapakah Beliau? Ternyata digadang2 namanya adalah Pak Mujirun. Beliau adalah seorang Engraver atau pengukir gambar. Bukan ukir gambar sembarangan karena Pak Mujirun adalah engraver bagi uang-uang kertas yang dicetak Peruri. baca: benarkah tuhan adil?
Pak Mujirun memang menggunakan skala sama persis dengan lukisan yang ada di uang kertas. Jadi dia harus menggunakan suryakanta saat melukis. Saat memperhatikan hasil karyanya melalui suryakanta, terlihat permainan garis-garis yang amat tipis dia torehkan pada karyanya. Luar biasa
Pak Mujirun mendapatkan pendidikan formal dari Sekolah Seni Rupa Yogyakarta ini kemudian mengikuti seleksi di Peruri untuk menjadi calon engraver menggantikan engraver senior sebelumnya. Dari sekian banyak yang diseleksi, Pak Mujirun lolos dengan 3 orang lainnya, setelah melalui tahap akhir akhirnya Pak Mujirun lolos menjadi satu-satunya calon engraver di Peruri. Setelah itu Pak Mujirun diberangkatkan ke Italia untuk belajar engrave lalu ke Swiss untuk belajar engrave standar mata uang.
Yang dikerjakan Pak Mujirun bukan pekerjaan mudah dan remeh. Engrave bagi mata uang adalah salah satu pengaman mata uang, sehingga perlu dibuat serumit mungkin namun tetap menghasilkan gambar yang realistis. Proses kerja Pak Mujirun adalah menggambar diatas Plat Baja, kemudian dia ukir gambar – gambar mata uang tersebut di atas pelat baja tersebut. Pak Mujirun harus melakukannya perlahan, garis demi garis, teliti dan tidak ada kesalahan.
Proses pembuatan yang menghabiskan waktu berbulan-bulan tersebut tidak mudah, Pak Mujirun harus mengukir pelat baja dengan alat ukir khusus berujung mirip huruf V, komposisi gambar seperti gelap terang, bayangan, hingga lukisan tersebut berdimensi dibedakan dengan ukiran-ukiran garis pada pelat baja tersebut. Proses ini tidak boleh salah sedikitpun, karena jika ada kesalahan berarti master cetakan itu rusak dan Pak Mujirun harus mengulang lagi proses engrave itu dari awal. Bisa dibayangkan tingkat ketelitian dan presisi hasil kerja Pak Mujirun tersebut.
Apa itu engraving?Pak Mujirun menunjukkan karya-karyanya. Sangat luar biasa gan, padahal biasanya uang kita lecek2in sampe loyo klo dah masuk ke kantong. Padahal buatnya rumit setengah mati. Dan Pak Mujirun yang ramah ini adalah maestronya.
Proses ini dikembangkan di Jerman sekitar tahun 1430 dari engraving (ukiran halus) yang digunakan oleh para tukang emas untuk mendekorasi karya mereka. penggunaan alat yang disebut dengan burin merupakan ketrampilan yang rumit.
Pembuat engraving memakai alat dari logam yang diperkeras yang disebut dengan burin untuk mengukir desain ke permukaan logam, tradisionalnya memakai plat tembaga. Alat ukir tersebut memiliki bermacam-macam bentuk dan ukuran menghasilkan jenis garis yang berbeda-beda.
Seluruh permukaan plat diberi tinta, kemudian tinta dibersihkan dari permukaan, yang tertinggal hanya tinta yang berada di garis yang diukir. Kemudian plat ditaruh pada alat press bertekanan tinggi bersama dengan lembaran kertas (seringkali dibasahi untuk melunakkan). Kertas kemudian mengambil tinta dari garis engraving (bagian yang diukir), menghasilkan karya cetak.
Dulu selain menjadi engraver, Pak Mujirun juga melukis lepas. Karya-karyanya dihargai tinggi karena tingkat kerumitan yang tinggi. Contohnya gambar Presiden SBY itu senilah 25 juta rupiah. Nilai itu wajar karena proses pembuatan lukisan dengan metode arsir ini butuh waktu lama dan ketelitian tinggi. Untuk 1 potret wajah seukuran A 4 lama pengerjaannya adalah 1 bulan. Pun dengan tekhnik langka yang ia miliki, tentunya wajar jika lukisan-lukisannya dihargai tinggi.
Kini Pak Mujirun sudah pensiun dari Peruri, menikmati hari tua di bilangan Ciledug dengan melukis dan berbagi ilmu kepada siapapun. Jika dianalogikan Pak Mujirun sudah mencapai tahap Pandhita, menyepi dari riuh duniawi dan membagi ilmu.
Sekian informasi kali ini. Yuk share keteman-teman kalian biar makin banyak yang tau.